Indramayu adalah
kota yang terletak di wilayah Pantai Utara Tanah Jawa, sebagai jalur perlintasan
transportasi kendaraan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Indramayu yang berjuluk
Kota Mangga, juga terkenal memiliki keragaman budaya yang kuat bernuansa religi
dan kaya akan kesenian tradisional, di antaranya Tari Randu Kentir, Tarling,
Tari Topeng, Barok, Rudat, Mapag Sri, Ngarot, Sintren, Genjring yang kesemuanya
hampir sama dengan kesenian Cirebon, perbedaannya hanya pada ruang lingkup
wilayah dan para pelaku seni saja. Kesenian Indramayu yang biasa disebut seni
Dermayon berkaitan erat dengan nilai-nilai budaya dan mempunyai fungsi yang
berbeda-beda. Salah satu budaya Indramayu yang masih eksis sampai sekarang
adalah tari topeng Dermayon.
Tari topeng
adalah warisan budaya masyarakat Indramayu yang masih dapat dinikmati sampai
sekarang. Istilah topeng semata-mata berarti benda penutup “muka” agar
identitas individu itu tidak dikenal, atau agar terjadi suatu perubahan dalam
bentuk muka orang dari wujudnya semula. Pengertian topeng sebagai penutup muka
dengan mudah dapat kita perhatikan dari gejala bahasa”formatif”
(pembentukan kata), kata topeng berasal dari “tup” yang berarti tutup, kata tup
ditambah saja dengan “eng” yang kemudian mengalami beberapa perubahan sehingga
menjadi topeng. Topeng secara mudah adalah benda yang ditekankan pada muka. Topeng
dapat dibuat dari kayu, kertas tebal papier mache, dari kulit, kain dan
bahan-bahan lainnya serta dapat digunakan untuk menutup muka atau sebagian dari
muka. Topeng adalah hasil karya seni manusia sebagai perwujudan atau ekspresi
tentang konsep batin mengenai“face”
atau binatang. Karya seni semacam ini biasanya dibentuk sedemikian rupa
sehingga dapat dipergunakan untuk menutupi muka manusia. Dari uraian di atas
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa topeng sebagai karya seni yang berwujud “
muka”(face) manusia atau binatang
sebagai penutup muka, dan merupakan unsur penting dalam tari atau drama tari
topeng (I Wayan Suardana, 2008:3).
Bentuk
pertunjukan tari topeng yang ada di wilayah Indramayu, sebenarnya
memperlihatkan gabungan unsur campuran budaya mistis-magis sebagai serapan
kebudayaan Jawa Sunda, serta serapan nilai-nilai filosofis agama Islam. Seperti
dalam waktu penyelenggaraan hajat sering dipilih waktu berdasarkan penanggalan
hitungan bulan-bulan Jawa, yaitu bulan Mulud, Syawal Mulud, Jumadil Awal,
Jumadil Akhir, Rajab, Ruwah, Syawal dan Rayagung, sedangkan bulan lainnya
dianggap sebagai waktu larangan atau waktu pantangan. Tari topeng
merupakan rumpun tari yang berasal dari tarian rakyat, masyarakat Dermayon
menyebutnya dengan tarian akar rumput.
Menurut Ayoeningsih Dyah (2007),
yang melakukan penelitian makna simbolis pada unsur visual tari topeng mengatakan
bahwa atas sentuhan dari Sunan Gunung Jati penyebar Islam di wilayah Jawa Barat,
pertunjukan tari topeng dikemas dengan nilai-nilai ajaran Islam yang memiliki
makna filosofis dan diberikan perwatakan atau Wanda, yaitu
gambaran ketakwaan dalam beragama serta tingkatan sifat manusia, seperti: Marifat
atau Insan kamil, yaitu manusia yang telah mencapai tahap tertinggi dalam
tingkatan agama dan sesuai dengan aturan agama, Hakikat, gambaran
manusia yang sudah paham mana yang menjadi hak manusia dan mana yang hak sang
Khalik, Tarekat, gambaran manusia yang telah menjalankan agama dalam
perilaku kehidupannya sehari-hari, Syariat, gambaran manusia yang mulai
memasuki atau baru mengenal ajaran Islam.
Dari segi
unsur pakaian dalam pertunjukannya seorang penari topeng menggunakan busana
yang terdiri dari bagian atas hiasan kepala, yaitu:topeng, sobrah atau tekes,
sedangkan bagian tengah terdiri dari
aksesoris dan baju, dengan pernak pernik
yaitu: Kalung, kelat bahu, Sabuk, Gelang dan bagian bawah terdiri
dari, ikat pinggang atau sabuk, tutup rasa atau katok, kain yang disebut
dodot, dan selendang yang disebut soder.
Penggunaan sobrah
atau hiasan kepala dapat dimaknai sebagai salah satu atribut yang dapat
menghantarkan manusia untuk mencapai nilai yang suci, arah yang menyatukan alam
ruhani dan duniawi, serta gambaran tingkat hidup manusia. Sobrah ditempatkan
di kepala karena kepala adalah pusat hidup dan posisi tertinggi dari manusia.
Bentuk sobrah menjulang ke atas memiliki makna yang dalam yaitu
melambangkan keberadaan sesuatu yang suci, agung dan sakral. Bentuk kain yang
digunakan para penari topeng sejak dulu tidak mengalami perubahan yang berarti,
karena tujuan dan makna yang terdapat dalam unsur tersebut adalah untuk
menguatkan posisi penari topeng sebagai figur yang menggambarkan raja dan
pemimpin, baik di dunia maupun di akherat. Hingga kini posisi penari topeng
oleh masyarakat pendukungnya tetap dianggap sebagai orang yang memiliki
kelebihan, terutama yang berkaitan dengan ritual-ritual untuk memohon berkah.
Sang Maestro
Tari Topeng
Membincangkan
seni tari topeng Dermayon tidak akan lepas dari perjuangan sang maestro Mimi
Rasinah. Jati diri Rasinah sebagai penari topeng kembali utuh ketika pada tahun
1994 Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda dosen STSI Bandung terpukau setelah
melihat tarian Rasinah yang di anggap klasik, enerjik dan elegan. Pesona Topeng
Mimi Rasinah akhirnya tereksplore larut dari mulut ke mulut para pecinta seni. Nama
Mimi Rasinah semakin melambung dan sering diundang untuk tampil menari di dalam
dan luar negeri.
Darah seni Rasinah
mengalir dari ibunya yang merupakan seorang penari ronggeng dan ayahnya sebagai
seorang dalang. Masyarakat masih meyakini syarat untuk menjadi seorang penari
topeng adalah ia harus memiliki garis ibu atau bapak yang turunan seorang
penari topeng, yang disebut kalunglungan kalung jagat, memiliki tingkat
keilmuan yang disebut tauhid, dan telah berada pada tahap wishnu atau wishnunggal
yang diartikan dirinya telah menyatu denganTuhan.
Seiring
berkembangan zaman, karena sudah berusia lanjut penyakit stroke mulai
menjangkiti Mimi Rasinah, Beliau masuk rumah sakit sejak 2006. Kegiatan tari
topeng digantikan oleh cucunya yang bernama Aerli Rasinah. Mimi Rasinah pernah
berkata "Saya akan berhenti menari
kalau sudah mati". Hal ini dibuktikan pada tarian terakhirnya, ia
menari di Bentara Budaya Jakarta dalam acara pentas seni dan pameran
"Indramayu dari Dekat", setelah tarian itu Rasinah jatuh sakit dan
dirawat di RSUD Indramayu. Pada tanggal
7 Agustus 2010 Mimi Rasinah akhirnya meninggal dunia, namun aktivitas menari di
sanggar tarinya masih tetap berjalan sampai sekarang, karena kader-kader tari
topeng binaan Rasinah sudah menjamur di setiap sekolah-sekolah di Indramayu.Untuk
mengenang jasa dan perjuangannya melestarikan seni tari topeng Dermayon maka perjalanan
hidup Mimi Rasinah dibuatkan film dokumenternya dengan durasi 54 menit yang
berjudul Rasinah: The Enchanted Mask, disutradai oleh Rhoda Grauer. Mimi
Rasinah sang maestro tari topeng Dermayon memang sudah tiada tetapi semangat
dan keasrian kesenian topeng Dermayon masih membumi sampai sekarang sebagai
warisan kearifan budaya lokal.
Dimuat di
Koran Kabar Cirebon
Syaktilah papa qulhu 😛
ReplyDeletewaah tari topeng Indramayu semoga tetep eksis dan syakti.. ^^
ReplyDeleteSyakti temen serih kuh
ReplyDeleteSyakti temen serih kuh
ReplyDelete