Saturday, July 18, 2015

Pesona Topeng Dermayon Oleh: Wahyu Iryana

Indramayu adalah kota yang terletak di wilayah Pantai Utara Tanah Jawa, sebagai jalur perlintasan transportasi kendaraan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Indramayu yang berjuluk Kota Mangga, juga terkenal memiliki keragaman budaya yang kuat bernuansa religi dan kaya akan kesenian tradisional, di antaranya Tari Randu Kentir, Tarling, Tari Topeng, Barok, Rudat, Mapag Sri, Ngarot, Sintren, Genjring yang kesemuanya hampir sama dengan kesenian Cirebon, perbedaannya hanya pada ruang lingkup wilayah dan para pelaku seni saja. Kesenian Indramayu yang biasa disebut seni Dermayon berkaitan erat dengan nilai-nilai budaya dan mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Salah satu budaya Indramayu yang masih eksis sampai sekarang adalah tari topeng Dermayon.
Tari topeng adalah warisan budaya masyarakat Indramayu yang masih dapat dinikmati sampai sekarang. Istilah topeng semata-mata berarti benda penutup “muka” agar identitas individu itu tidak dikenal, atau agar terjadi suatu perubahan dalam bentuk muka orang dari wujudnya semula. Pengertian topeng sebagai penutup muka dengan mudah dapat kita perhatikan dari gejala bahasa”formatif” (pembentukan kata), kata topeng berasal dari “tup” yang berarti tutup, kata tup ditambah saja dengan “eng” yang kemudian mengalami beberapa perubahan sehingga menjadi topeng. Topeng secara mudah adalah benda yang ditekankan pada muka. Topeng dapat dibuat dari kayu, kertas tebal papier mache, dari kulit, kain dan bahan-bahan lainnya serta dapat digunakan untuk menutup muka atau sebagian dari muka. Topeng adalah hasil karya seni manusia sebagai perwujudan atau ekspresi tentang konsep batin mengenai“face” atau binatang. Karya seni semacam ini biasanya dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk menutupi muka manusia. Dari uraian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa topeng sebagai karya seni yang berwujud “ muka”(face) manusia atau binatang sebagai penutup muka, dan merupakan unsur penting dalam tari atau drama tari topeng (I Wayan Suardana, 2008:3).
Bentuk pertunjukan tari topeng yang ada di wilayah Indramayu, sebenarnya memperlihatkan gabungan unsur campuran budaya mistis-magis sebagai serapan kebudayaan Jawa Sunda, serta serapan nilai-nilai filosofis agama Islam. Seperti dalam waktu penyelenggaraan hajat sering dipilih waktu berdasarkan penanggalan hitungan bulan-bulan Jawa, yaitu bulan Mulud, Syawal Mulud, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Ruwah, Syawal dan Rayagung, sedangkan bulan lainnya dianggap sebagai waktu larangan atau waktu pantangan. Tari topeng merupakan rumpun tari yang berasal dari tarian rakyat, masyarakat Dermayon menyebutnya dengan tarian akar rumput.  Menurut Ayoeningsih Dyah (2007), yang melakukan penelitian makna simbolis pada unsur visual tari topeng mengatakan bahwa atas sentuhan dari Sunan Gunung Jati penyebar Islam di wilayah Jawa Barat, pertunjukan tari topeng dikemas dengan nilai-nilai ajaran Islam yang memiliki makna filosofis dan diberikan perwatakan atau Wanda, yaitu gambaran ketakwaan dalam beragama serta tingkatan sifat manusia, seperti: Marifat atau Insan kamil, yaitu manusia yang telah mencapai tahap tertinggi dalam tingkatan agama dan sesuai dengan aturan agama, Hakikat, gambaran manusia yang sudah paham mana yang menjadi hak manusia dan mana yang hak sang Khalik, Tarekat, gambaran manusia yang telah menjalankan agama dalam perilaku kehidupannya sehari-hari, Syariat, gambaran manusia yang mulai memasuki atau baru mengenal ajaran Islam.
Dari segi unsur pakaian dalam pertunjukannya seorang penari topeng menggunakan busana yang terdiri dari bagian atas hiasan kepala, yaitu:topeng, sobrah atau tekes, sedangkan  bagian tengah terdiri dari aksesoris dan baju, dengan pernak pernik  yaitu: Kalung, kelat bahu, Sabuk, Gelang dan bagian bawah terdiri dari, ikat pinggang atau sabuk, tutup rasa atau katok, kain yang disebut dodot, dan selendang yang disebut soder.
Penggunaan sobrah atau hiasan kepala dapat dimaknai sebagai salah satu atribut yang dapat menghantarkan manusia untuk mencapai nilai yang suci, arah yang menyatukan alam ruhani dan duniawi, serta gambaran tingkat hidup manusia. Sobrah ditempatkan di kepala karena kepala adalah pusat hidup dan posisi tertinggi dari manusia. Bentuk sobrah menjulang ke atas memiliki makna yang dalam yaitu melambangkan keberadaan sesuatu yang suci, agung dan sakral. Bentuk kain yang digunakan para penari topeng sejak dulu tidak mengalami perubahan yang berarti, karena tujuan dan makna yang terdapat dalam unsur tersebut adalah untuk menguatkan posisi penari topeng sebagai figur yang menggambarkan raja dan pemimpin, baik di dunia maupun di akherat. Hingga kini posisi penari topeng oleh masyarakat pendukungnya tetap dianggap sebagai orang yang memiliki kelebihan, terutama yang berkaitan dengan ritual-ritual untuk memohon berkah.

Sang Maestro Tari Topeng
Membincangkan seni tari topeng Dermayon tidak akan lepas dari perjuangan sang maestro Mimi Rasinah. Jati diri Rasinah sebagai penari topeng kembali utuh ketika pada tahun 1994 Toto Amsar Suanda dan Endo Suanda dosen STSI Bandung terpukau setelah melihat tarian Rasinah yang di anggap klasik, enerjik dan elegan. Pesona Topeng Mimi Rasinah akhirnya tereksplore larut dari mulut ke mulut para pecinta seni. Nama Mimi Rasinah semakin melambung dan sering diundang untuk tampil menari di dalam dan luar negeri.
Darah seni Rasinah mengalir dari ibunya yang merupakan seorang penari ronggeng dan ayahnya sebagai seorang dalang. Masyarakat masih meyakini syarat untuk menjadi seorang penari topeng adalah ia harus memiliki garis ibu atau bapak yang turunan seorang penari topeng, yang disebut kalunglungan kalung jagat, memiliki tingkat keilmuan yang disebut tauhid, dan telah berada pada tahap wishnu atau wishnunggal yang diartikan dirinya telah menyatu denganTuhan.
Seiring berkembangan zaman, karena sudah berusia lanjut penyakit stroke mulai menjangkiti Mimi Rasinah, Beliau masuk rumah sakit sejak 2006. Kegiatan tari topeng digantikan oleh cucunya yang bernama Aerli Rasinah. Mimi Rasinah pernah berkata "Saya akan berhenti menari kalau sudah mati". Hal ini dibuktikan pada tarian terakhirnya, ia menari di Bentara Budaya Jakarta dalam acara pentas seni dan pameran "Indramayu dari Dekat", setelah tarian itu Rasinah jatuh sakit dan dirawat di RSUD Indramayu.  Pada tanggal 7 Agustus 2010 Mimi Rasinah akhirnya meninggal dunia, namun aktivitas menari di sanggar tarinya masih tetap berjalan sampai sekarang, karena kader-kader tari topeng binaan Rasinah sudah menjamur di setiap sekolah-sekolah di Indramayu.Untuk mengenang jasa dan perjuangannya melestarikan seni tari topeng Dermayon maka perjalanan hidup Mimi Rasinah dibuatkan film dokumenternya dengan durasi 54 menit yang berjudul Rasinah: The Enchanted Mask, disutradai oleh Rhoda Grauer. Mimi Rasinah sang maestro tari topeng Dermayon memang sudah tiada tetapi semangat dan keasrian kesenian topeng Dermayon masih membumi sampai sekarang sebagai warisan kearifan budaya lokal.


Dimuat di Koran Kabar Cirebon

4 comments: