Saturday, July 18, 2015

Tafsir Budaya Doraemon Oleh:Wahyu Iryana

Kita mungkin sering menonton serial kartun Doraemon yang kerap membantu Nobita yang sedang kesusahan dengan menggunakan alat-alat modern yang diambil dari kantong ajaib Doraemon, namun tahukah Anda bahwa ide cerita Doraemon mengadopsi kultur budaya masyarakat Pantai Utara Jawa, sebut saja masyarakat Eretan Wetan, Indramayu? Kedatangan Jepang yang sudah lama diprediksi oleh Ki Kuwu Sankan dengan simbol sumur sereh, menjadi tanda awal zaman ora eman atau zaman kalabendu, Masyarakat pantai yang sedang menikmati hiburan wayang disuguhkan dengan lakon kantong bolong, baju kodok yang dimiliki Cungkring, Atau di Jawa Tengah disebut dengan Petruk, di Sunda sendiri bernama Dawala berperawakan tinggi, berhidung panjang. Pernyataan ini menjadi sandaran guyon Budayawan Tandi Skober ketika mengisi acara saresehan budaya di UIN Bandung Kamis, 12 April 2012 yang silam.
Hingga kini saku ajaib Cungkring tidak lekang ditelan alur batin masyarakat Indramayu. Kearifan negara guyon ini kerap dijakadikan tontonan utama saat pesta khitanan, selamatan, Ngarot, sedekahbumi, dan pesta laut (Nadran). Tontonan yang juga tuntunan hidup, pagelaran wayang dikemas dengan lakon Ora Eman yang berari tidak sayang. Diperkirakan dari lakon Ora Eman Kantong Bolong Cungkring inilah ide cerita kemudian dimanipulasi oleh Fujiko F. Fujio menjadi Doraemon.
Spirit imajinasi budaya yang dipompa oleh Tandi Skober inilah yang memberi ruang kegelisahan penulis untuk melacak akar sejarah kedatangan Jepang di Indonesia. Ternyata kebenaran itu terbukti. Dari data yang penulis peroleh di Djawa Baru dan Kan Po koran yang terbit masa penjajahan Jepang terurai bahwa kedatangan Jepang diterima melalui siaran radio pada tanggal  3 Maret 1942, Jepang mendarat di Eretan Wetan, Tempatnya di Kampung Sumur Sereh. Sebenarnya pendaratan itu dilakukan pada tanggal 1 Maret 1942, akan tetapi karena komunikasi antara Eretan Wetan dengan Indramayu Kota terputus, maka berita pendaratan itu baru sampai di Indramayu pada tanggal 3 Maret 1942. Itupun karena balatentara Jepang ada yang sudah sampai ke kota Indramayu. Sebagian besar dari mereka bergerak menuju Kalijati. Pada tanggal 1 Maret 1942 mereka telah menduduki Subang. Beberapa kali tentara Belanda mencoba merebut Indramayu kembali namun tidak berhasil, begitupun daerah Subang. Pada Tanggal 7 Maret 1942 pemerintah Belanda di wakili oleh Gubernur Jendral Carda Van Starkenborg dan Jendral Ter Poorten menandatangani penyerahan tanpa syarat kepada Jepang. Sejak Pulau Jawa resmi menjadi wilayah kekuasaan Jepang.
Benarkah kontong ajaib Doraemon Karya Fujiko F. Fujio tahun 1969 terinspirasi tokoh local wisdom kantong bolong Dermayon dari abad 16 yang silam? Tentu ini perlu penelitian ebih lanjut. Pasalnya Tandi Skober sendiri hanya melontarakan gagasan spontanitas melalui analisis tafsir budaya. Akan tetapai paling tidak, ide dasar peralatan canggih yang ada di kantong Doraemon ketika membantu Nobita merupakan duplikasi ide dari kantong bolong Cungkring.
Sayapun berkhidmat. Kenapa? Kantong Bolong konon juga suka berkhidmat tiap kali kerumitan kultural bisa diurai jabarkan hanya dengan memasukan tangan ke saku ajibnya. Tidak aneh manakala dalam literasi kuno, Cungkring sang pemilik kantong bolong kerap terposisikan sebagai personifikasi nagaraguyon di hamparan akar rumput. Ia dikenal sebagai sosok idiot bertubuh jangkung melengkung, bersuara serak-serak basah berwajah aneh yang ngangenin dan memiliki baju kodok kantong balong.
Yang menarik bila Doraemon tuturkan keajaiban ghaib dalam bingkai utak-atik cerita dalam lingkar luar ketuhanan, maka Kantong Bolong aktualkan primordial kecerdasan Ilahiah dalam alur nalar yang liar. Bahkan ungkapan demokrasi Manunggaling Kawula Gusti khas Kantong Bolong yang memosisikan kawula dan gusti sebagai kesatuan substansional—suara kawula adalah suara gusti telah mengilhami teolog  abad pertengahan, Alcuin (735-804 lewat frasa bahwa Vox Populi Vox Dei (Suara Rakyat adalah Suara Tuhan). Pada saat yang sama para teolog Korea mengembangkan konsep “minjung” (rakyat) sebagai pilar utama demokratisasi. “All political theology, should be no more and no less than folk political theology, political theology of the people.” (C.Song, 1982). Artinya: Semua teologi politik seharusnya menjadi teologi politik rakyat dan teologi politik tentang rakyat.
Dalam pusaran inilah Kantong Balong menjadi idola di dataran akar rumput. Kenapa? Kantong Bolong mendekonstruksi orientasi duniawi ke ruang steril ukhrawi, untuk menguak aib negeri. Pada temu-temu tertentu, Kantong Bolong kerap tampil sebagai dalang serbet. Ia katakan bahwa dalam ruang awang-uwung ketika peradaban terjerat oyod mingmang maka yang tersisa adalah realitas ketuhanan dan selarik puisi layang kalimasada. Selarik puisi itu adalah ageman milik Prabu Yudhistira usai amarah Bratayudha mematikan empat saudaranya. Yang malang, Yudhistira selalu saja gagal memaknai kandungan puisi Layang Kalimasada itu. Beruntung ada sosok darwish berbaju gamis ajarkan makna yang terkandung dalam surah layang kalimasada itu. Puisi itu adalah dua kalimat syahadatin. Yudhistira sumringah. Selembar surga menjadi perahu langit, ruh Yudhistira kembali ke pangkuan Ilahi. Apa artinya, demokrasi khas Dermayu posisikan penguasa sebagai iluminasi Ilahiah sekaligus seniman nagara batin yang linuwih. Untuk itu perlu pemilihan bersifat terbuka sehingga secara nyata kesenimanan itu memancar secara benar adanya.
Frase manunggaling kawula-gusti yang diterjemahkan bahwa kawula adalah rakyat dan Gusti adalah Tuhan bersebrangan dengan mindset penguasa saat itu yang memosisikan penguasa sebagai emanasi Ilahiah bersifat otonom dan tunggal.  Maka peradilan kawula gusti pada 1528M pun digelar. Mayoritas umat manusia pada zaman nabi Nuh AS menentang dakwah nabi Nuh AS,  zaman nabi Isa AS menentang dakwah nabi Isa AS, juga di era nabi Muhammad SAW. Artinya, suara mayoritas rakyat malah bertentangan dengan ajaran Tuhan. Mungkin ini juga yang terjadi di Nereri kita, kuasa rakyat sebagai wujud demokrasi terkekang oleh kuasa para elite.

Harta Kultural
Hingga kini, saku ajib Petruk Kantong Bolong tidak lekang ditelan alur batin warga Indramayu. Kearifan lokal negaraguyon ini kerap jadi tontonan utama saat pesta khitanan anak yang dikemas dalam lakon Ora Eman. Diperkirakan dari sinilah lakon Ora Eman dimanipulasi oleh Fujiko F. Fujio menjadi Doraemon.
Pencurian ide Kantong Bolong itu berbarengan dengan serangan militer Jepang terhadap kedudukan Belanda di Jawa melalui  Eretan (Indramayu) dan  teluk Banten pada Maret 1942. Saat Jepang masuk Eretan, saat itulah sedang diadakan pagelaran wayang Kantong Bolong dengan lakon Ora Eman. “Serdadu jepang terkesima dan menduplikasi ide kantong bolong dalam lakon Ora Eman,”ucap Tandi Skober.

Benarkah kearifan lokal Indramayu bernama Ora Eman Kantong Bolong telah dicuri Fujiko F. Fujio dalam cerita Doraemon? Diharapkan budayawan dan pemda Indramayu mau lebih meneliti lebih dalam lagi. Sebab Kantong Bolong adalah harta kultural yang tak ternilai hingga akhir jaman.

Dimuat  Koran Fajar Cirebon

4 comments:

  1. Assalamu'alaikum... ada beberapa kalimat yg kurng dimengerti pak. Nanti mhon pnjelasannya :). Maaf, ada bbrapa kata yg salh ngetik. dijadikan jdi dijakadikan, bolong jd balong, negeri jdi nereri, dll. Minta arahannya biar bisa pinter nulis kaya bpk :) :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wasm. makasih ia tanpa menghalangi salah ketiknya.... biar bisa nulis tinggal mulai ngetik ide yg ada diotak

      Delete
  2. Perumapamaan katanya bagus cuma ketikannya aja masih ada yg kelewat
    Tp semuanya udah bagus kang

    ReplyDelete
  3. Perumapamaan katanya bagus cuma ketikannya aja masih ada yg kelewat
    Tp semuanya udah bagus kang

    ReplyDelete